Rebirth Thief - Chapter 1
Chapter pertama Rebirth of The Thief, Enjoy! Update-annya masih belum terjadwal, jadi sementara akan diusahakan untuk update mungkin setidaknya 1 minggu sekali entahlah... saya update sebisa saya :)
Indeks
Chapter Selanjutnya
Chapter 1 - Terlahir Kembali
Chapter Selanjutnya
Chapter 1 - Terlahir Kembali
「 Dilahirkan kedalam penderitaan.
Penderitaan menuntun ke kematian.
Perpisahan dengan
apa yang diinginkan menuntun kedalam kesedihan.
Kesedihan mendalam menuntun
kepada apa yang tidak diinginkan.
Ketidakmampuan
meraih apa yang diinginkan menuntun kedalam penderitaan.」
Dalam agama budha,
terdapat yang disebut dengan delapan penderitaan. Dari delapan penderitaan
tersebut, Nie Yan setidaknya sudah mengalami lima darinya. Seluruh masa
hidupnya sejak ia dilahirkan sampai sekarang bisa dibilang sebagai rentetan
tragedi. Untungnya, tragedi-tragedi tersebut tidak berlangsung lama karena Ia
sudah menemui ajalnya di usia yang masih 28 tahun. Mungkin, seharusnya kisah
hidupnya sudah cukup berhenti sampai disitu saja. Namun pada saat itu, takdir
berkata lain.
Nie Yan membalikkan tubuhnya. Ia merasakan punggungnya teramat basah, pakaiannya pun melekat pada kulitnya. Rasanya sangat tidak nyaman. Samar-samar ia mengingat bahwa ia baru saja terhuyung jatuh sesaat setelah punggungnya tertembak. Darah mengalir dari tubuhnya, meresap ke dalam tanah.
Nie Yan membalikkan tubuhnya. Ia merasakan punggungnya teramat basah, pakaiannya pun melekat pada kulitnya. Rasanya sangat tidak nyaman. Samar-samar ia mengingat bahwa ia baru saja terhuyung jatuh sesaat setelah punggungnya tertembak. Darah mengalir dari tubuhnya, meresap ke dalam tanah.
Bukankah ini hanya kematian? Nie Yan
membaringkan badannya dengan tenang. Mati dalam keadaan tenang seperti ini...
bukankah ini yang disebut orang-orang sebagai mati dengan damai?
Nie Yan telah diam
menunggu selama lima hari hanya untuk membunuh Cao Xu. Ia, dengan penuh
antisipasi, menanti Cao Xu untuk keluar dari gerbang Istananya. Ia terus
menunggu, sampai di titik ketika Cao Xu keluar dan akan masuk ke dalam
mobilnya, Nie Yan pun menarik pelatuknya. Melalui senapan laras panjangnya, Ia
menembakkan peluru tepat menembus tengkorak Cao Xu.
「Bang!」Darah mewarnai coklatnya tanah. Nie Yan menatap melalui teropong di
senapannya, ia melihat sebuah lubang berhasil ter'cetak' di kepala Cao Xu,
lengkap dengan darah yang membanjirinya. Tatapan kosong
terlihat di mata Cao Xu, kemudian perlahan cahaya di matanya mulai meredup
sebelum akhirnya ia pun menghembuskan nafas terakhirnya.
Sembari mengingat
momen saat peluru menembus kepala Cao Xu, Nie Yan merasakan kepuasan yang tiada
bandingannya. Rasa puas menggantikan kebencian yang selama ini telah membebani
hatinya.
Sebelumnya, Cao Xu hidup dalam kejayaan dan kemegahan, namun pada
akhirnya, ia mati terbunuh oleh orang remeh-temeh seperti Nie Yan. Jika pun Nie
Yan harus mati setelah membunuhnya, Ia
tidak begitu merasakan sedih. Toh dihadapan maut, semua orang, baik Nie Yan
maupun Cao Xu, memiliki derajat yang sama. Meskipun dia memiliki kekayaan untuk
membeli dunia, itu tetap tidak akan bisa menyelamatkan nyawanya.
Lagipula Cao Xu
sudah terlalu banyak melakukan kejahatan. Akan sulit baginya untuk menghindari
siksaan di alam baka. Di waktu yang sama saat otak Cao Xu terhambur keluar, Nie
Yan pun menyadari bahwa pandangannya terhadap makna kehidupan telah berubah
total. Ia menyadari bahwa segala yang ada di hidup ini dapat ditentukan hanya
dengan sebuah tembakan dari laras panjang. Mungkin keesokan hari, fotonya akan
terpampang di halaman depan koran harian. Mungkin di judulnya akan tertulis
"Milyader Cao Xu telah terbunuh!" Dan dibawahnya akan terpampang
wajah sang pelaku yang dikemudian hari akan dikenang dan dihormati oleh rakyat
jelata.
Seketika itu juga, setelah Nie Yan berhasil membunuh
Cao Xu, para pengawal pribadi Cao Xu pun langsung mencari lokasi
persembunyian Nie Yan dan bergerak untuk memburunya. Mereka berhasil menemukan tempat persembunyian Nie Yan, dan menembaki Nie Yan yang sedang berusaha untuk kabur. Malangnya, sebuah peluru berhasil mengenai punggungnya. Ia merasakan sensasi
rasa sakit yang amat menusuk. Jadi seperti ini rasanya terkena tembakan...
Jantungnya perlahan mulai mendingin. Ia dapat merasakan kesadarannya dengan cepat menghilang.
Apakah aku akan mati? Pikirnya sambil tertawa kecil. Ia
menertawai kepahitan hidupnya yang singkat ini. Ia menertawai hidupnya yang
penuh dengan kebingungan dan keraguan. Hanya ketika Ia akan mati barulah ia
terbangun ke kenyataan
Sesaat setelah ia menyadari semuanya, air mata mulai
mengalir membasahi pipinya.
Kebencian yang
selama ini ia rasakan terhadap kedua orang tuanya telah menghilang. Semua
kejadian di hidupnya, satu-persatu, kembali terulang di pikirannya seakan-akan
sebuah film. Satu-satunya hal yang ia inginkan saat ini hanyalah untuk melihat sebuah senyuman indah. Senyuman indah milik seseorang yang Nie Yan sayangi. Seseorang
itu ialah teman sekelas Nie Yan saat masih berada di SMA (Highschool). Saat
ini, dia telah bertunangan dengan seorang laki-laki. Walaupun begitu, keanggunan
dan keindahan parasnya masih tetap terukir dalam benak Nie Yan, persis sama seperti
dulu.
Seiring berjalannya
waktu, bayang-bayang akan perempuan itu semakin tak terlupakan. Nie Yan berfikir...
Saat dia menerima kabar tentang kematian diriku, bagaimana reaksinya? Setelah dia
mengetahui kabar tentang aku yang ikut menyeret Cao Xu mati bersamaku,
bagaimana reaksinya? Apakah ia hanya akan sedikit menghela nafas? Atau
mungkin... Ia akan menangis terlarut dalam kesedihan? Kenangan-kenangan lama
seakan-akan melesat dari sangkarnya dan mulai memenuhi pikiran Nie Yan.
Kenangan itu terbang dan melayang-layang dalam benaknya. Jujur Nie Yan sedikit merasa
menyesal.
Terkadang, ketika
pada akhirnya kau menyadari atau memahami kebenaran akan sesuatu... Maka saat itu sudah
jauh terlambat untuk melakukan apa-apa tentang hal itu. Di kehidupan ini, ia
benar-benar memiliki terlalu banyak penyesalan, juga terlalu banyak keinginan
yang tak terpenuhi... Nie Yan mengulurkan tangannya ke udara, berharap untuk
memegang dan menggenggam sesuatu. Namun dalam kekecewaannya, tak ada apapun
untuk ia raih.
Kehidupannya sudah mencapai batasnya. Di depannya sudah
terhampar kehampaan yang abadi. Kekecewaan dan penyesalan seolah berubah
menjadi pisau yang menyayat-nyayat hatinya; rasa sakit di hatinya benar-benar
tak tertahankan.
Memangnya apa yang telah kuperbuat di kehidupanku
sebelumnya sampai-sampai tuhan membalasku seperti ini!?
Kesedihan Nie Yan
telah mencapai puncaknya. Ia merasakan pahit. Dalam hati, Ia terus-menerus berteriak penuh
emosi. Air mata pun juga terus mengalir di pipinya. Momen ini terasa sangat lama bagi
Nie Yan, bahkan Nie Yan pun tak tahu sudah berapa lama waktu berlalu.
Akhirnya, pikirannya yang sebelumnya kacau pun mulai reda dan perlahan menjadi tenang
kembali.
Ia pun sadar akan sesuatu, Selama ia
memikirkan semua hal tadi, akal pikirannya masih terus berfungsi normal. Mungkinkah ini...? Apakah ini yang dinamakan
kematian? Mungkin, aku sedang berada dalam bentuk rohku?
Kemudian setelah beberapa waktu ia pun sadar, ia masih tetap bisa merasakan sensasi aneh pada jari-jarinya dan ini semua terasa begitu nyata. Kenapa setelah selama ini, ia masih tetap saja tersadar? Ia pun perlahan mendudukkan dirinya. Ia mengamati sekelilingnya dan menatapnya dengan penuh keheranan..
Mungkinkah ini...? Mungkinkah ini alam baka?
Mata Nie Yan yang awalnya kabur pun kembali menjadi fokus. Nie Yan mengamati sekelilingnya, ia menemukan beberapa
benda tua terletak di sekitarnya; sebuah tempat tidur kayu, kursi, dan lantai yang
rusak-rusak.
Dimana ini? Bukankah aku sudah mati? Ia merasa seperti ia sedang
bermimpi. seketika ia pun meraba punggungnya; telapak tangannya memang terasa basah dan
lengket. Namun, saat ia mengecek telapaknya, ia tidak melihat tangannya
terbasahi oleh darah sedikitpun, melainkan hanya terbasahi oleh keringat.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Bukankah aku sudah
kehilangan banyak darah? Ia samar-samar mengingat telah melihat sendiri warna darahnya
yang begitu merah. Bahkan warnanya sudah terlihat persis seperti warna anggur merah. Nie yan pun mencubit dirinya sendiri, sakit... Ini
benar-benar bukanlah mimpi. Jangan-jangan... Semua usahanya membunuh Cao Xu sebelumnya juga hanya merupakan mimpi? Lalu mengapa semua itu terasa sangat nyata?
Ini seperti yang
dikatakan Zhuang Zhuo saat ia terbangun dari mimpinya, "Apakah aku Zhuang Huo
yang bermimpi sebagai seekor kupu-kupu, ataukah aku seekor kupu-kupu yang
bermimpi sebagai Zhuang Huo?" Bagaimana caraku menentukan mana yang asli
dan mana yang mimpi?
Ia kembali mengamati
sekelilingnya dengan sedikit ragu. Saat ini masih terlalu banyak pertanyaan
yang belum terjawab.
Dibawah sinar lampu yang redup, terdapat sebuah tempat
tidur lusuh, kursi, dan sebuah meja. Terpajang di dekat dinding, juga terdapat jam
tua milik kakeknya yang sering kakeknya banggakan sebagai barang antik langka.「Tik Tok Tik Tok」Suara
detikan jam itu menggema dalam keheningan. Nie Yan masih sangat ingat bahwa jam milik kakeknya
itu tidak pernah akurat, sama sekali tidak pernah.
Seakan-akan semua
kenangan masa lalu Nie Yan terkumpul dalam sebuah foto album, mereka mulai
terbuka satu-persatu. Ruangan ini terasa begitu familiar. Bukankah ini rumah
yang aku tinggali ketika aku masih SMA? Melalui celah di korden jendela, sinar
matahari menyerka. Ia merasakan sensasi menyengat saat sinar matahari mengenai
matanya, membuat kedua pupilnya mengecil.
Aku masih hidup...
Nie Yan menjulurkan tangan kanannya kedepan. Ia
mengamati kontur tangannya yang masih lembut dan kekanak-kanakan, sebelum
kemudian menyadari betapa pucat warna kulitnya.
Aku... Apa yang
sebenarnya terjadi disini? Apakah aku ini diriku dari 10 tahun yang lalu? Atau
diriku dari 10 tahun yang akan datang? Nie Yan menggaruk-garuk kepalanya dalam
kebingungan.
Selagi perlahan
menata pikirannya, beberapa memori pun mulai bermunculan. Sedikit demi sedikit,
ingatan-ingatan itu mulai terasa jelas. Ini adalah tahun dimana ia menginjak
usia 18 tahun. Saat itu sedang liburan musim panas dan orang tuanya sedang
tidak berada di rumah. Ia terkena demam 40° pada musim panas itu dan hampir
saja nyawa kecilnya melayang ... Hanya berkat keberuntungan saja ia berhasil bertahan hidup.
Pada waktu itu,
orang tuanya memberi Nie Yan sedikit uang, kemudian langsung setelah itu,
mereka meninggalkan Nie Yan bahkan tanpa mengucapkan selamat tinggal. Mereka
tidak pernah pulang, bahkan sampai setelah dua atau tiga bulan, mereka masih
juga belum pulang.
Ia juga tidak bisa menghubungi mereka melalui telepon.
Rasanya seperti mereka tiba-tiba lenyap begitu saja. Pada waktu itu, ia
percaya bahwa orang tuanya sudah tidak mengingkannya lagi, mereka ingin
membuang dirinya. Nie Yan merasa terpukul... Ia ketakutan. Segala macam
perasaan mulai menimpa dan membebani dirinya. Ditambah lagi, saat itu juga
mengalami demam yang tinggi. Kedua pengalaman ini meninggalkan bekas trauma
yang dalam di hati Nie Yan. Ia menjadi penakut, seakan-akan sedikit hembusan
angin saja sudah bisa membuatnya gemetar ketakutan. Baru ketika ia berusia dua
puluh lima tahun akhirnya ia bisa membenahi sikap penakutnya itu.
Setelah ia dewasa,
akhirnya ia mengetahui kebenarannya. Orang tuanya tidak pernah berniat untuk
membuang Nie Yan. Melainkan, mereka sebenarnya hanya meminjam uang dari salah
seorang teman dan memulai bisnis ilegal di perbatasan negara. Pada saat itu,
negara sedang sangat membutuhkan logam-logam bernama Polonium. Polonium
terbukti sebagai sumber daya yang sangat penting dan strategis bagi negara. Namun setelah negara-negara lain pun juga menemukan kegunaan logam ini, mereka mulai membatasi
eksport Polonium ke luar negeri dan berusaha mengeksploitasinya sendiri-sendiri.
Entah bagaimana orang tua Nie Yan dapat menemukan bandar penyelundup Polonium
itu, namun pada akhirnya mereka berhasil menyelinap kembali ke negaranya dan menjual Polonium ilegal itu dengan harga ratusan kali lipat harga awal.
Hasilnya, mereka
dapat memeperoleh penghasilan yang sangat banyak dari bisnisnya. Namun,
kondisi mereka saat itu benar-benar penuh tekanan. Hal itu menyebabkan orang
tua Nie Yan tidak bisa menghubungi Nie Yan sama sekali, ditambah lagi dengan
urusan mereka yang menyangkut rahasia kemiliteran. Jika sedikit saja informasi terkait
bisnis tersebut bocor, setidaknya konsekuensi mereka adalah kematian. Oleh
karena itu, kesalahpahaman Nie Yan terhadap orang tuanya tetap terkubur seperti itu selama
sekian lama.
Setelah hal itu terjadi,
bertahun-tahun telah berlalu sampai akhirnya ayah Nie Yan siap untuk mengatakan
kebenarannya. Tepatnya saat ayahnya menerima pembayaran pertama dari bisnisnya
dan menggunakan uangnya untuk mendirikan sebuah perusahaan peleburan logam.
Akhirnya setelah mendengar apa yang sebenarnya terjadi, barulah Nie Yan
memaafkan kedua orang tuanya. Beruntungnya lagi setelah itu, sang ayah menerima
beragam proyek-proyek besar sehingga dapat meningkatkan reputasi perusahaannya secara
drastis. Ia berhasil mengentaskan keluarganya dari kemiskinan, dan sebagai
hasilnya, Nie Yan pun dipindahkan ke SMA ternama di kota besar.
Mungkinkah ini benar-benar terjadi...? Aku telah kembali ke masa lalu?
Jadi, aku bisa
memulai kembali semuanya dari awal?
Perasaan Nie Yan
saat ini sangat sulit untuk dijelaskan; bisa dibilang rasa terkejut,
kegembiraan, dan kekhawatiran teraduk-aduk menjadi satu. Ia khawatir bahwa yang
sedang ia rasakan sekarang hanyalah sebuah mimpi.
Nie Yan bangkit dari tempat
tidurnya dan membuka korden jendela. Seketika cahaya matahari langsung menyerbak dan
menghangatkan sekujur tubuhnya. Sensasi ini benar-benar menunjukkan bahwa saat
ini ia tidak sedang bermimpi. Ia kemudian menundukkan kepalanya dan melihat terdapat buku-buku tulisnya yang tertata rapi disamping
jendela. Buku teori permesinan, bahasa, matematika tingkat lanjut, desain
tentang 'kecerdasan buatan', dan masih banyak lagi buku-buku lainnya.
Nie Yan
membuka sekilas beberapa halaman. Tulisan-tulisan yang tampak familiar pun
terbentang dihadapannya. Ditambah dengan ingatan-ingatan dari masa lalunya,
kini semua itu kembali menyegarkan ingatan Nie Yan.
Buku-buku ini
melambangkan masa mudanya yang telah berlalu. Setelah mencapai kelas tiga SMA,
ia dipindahkan ke SMA elit di kota besar. Proyek-proyek yang ayahnya kerjakan
pun juga berhasil ia kerjakan. Sejak saat itu, segala apapun yang Nie Yan inginkan
selalu terpenuhi. Namun sayangnya, setelah ia berubah menjadi anak orang kaya,
ia mulai menjadi malas-malasan dan tidak mau berusaha. Ketika tiba hari
kelulusan, nilainya pun juga biasa-biasa saja. Karena itu, ayahnya harus
mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk memasukkan Nie Yan ke universitas
ternama. Hanya saja, setelah
ia lulus dari bangku perkuliahan, ia merasa tak ada satu hal pun yang berhasil
ia pelajari; yang sudah Nie Yan lakukan setiap hari hanyalah sekedar duduk dan
bermalas-malasan.
Ketika Nie Yan
mencapai usia dua puluh lima tahun, bisnis ayahnya mulai goyah karena serangan
dari grup finansial₃ milik Cao Xu yang bernama Century. Beberapa orang
kepercayaan ayahnya disuap oleh Cao Xu untuk menghianati sang ayah. Alhasil,
perusahaannnya pun mengalami kemunduran berturut-turut. Uang, sekali lagi,
menjadi fokus utama keluarga Nie Yan. Akhirnya ayahnya memtuskan untuk bunuh
diri dengan overdosis narkoba, lalu dalam kesedihan dan kepiluan, ibunya
menyusul jatuh sakit. Tak lama kemudian, ibunya pun juga meninggal dunia.
Setelah merasakan derita kehilangan kedua orang tua, barulah Nie Yan bangkit
dalam studinya. Ia belajar sendiri melalui berbagai-macam les dan kursus.
Namun, pada saat itu semuanya sudah terlambat. Ia sungguh telah melewatkan
terlalu banyak kesempatan.
Nie Yan saat itu sudah
benar-benar mengingkan keadaannya berubah. Namun, mana mungkin Cao Xu
membiarkan anak dari musuhnya bangkit dari keterpurukan? Dengan Cao Xu yang
campur tangan di balik layar, tak ada satu pun perusahaan yang berani mempekerjakannya.
Ia tak bisa apa-apa lagi, jika bukan karena dirinya yang bermain game virtual
reality Conviction— mencari sedikit uang dari hasilnya berjualan item, ia
bahkan tak akan bisa mencari uang untuk sekedar makan.
Ia, Nie Yan, tidak pernah terpikir untuk tunduk dan takluk kepada Cao Xu. Bagaimanapun juga, kelinci yang sudah putus
asa masih tetap dapat menggigit dengan menyakitkan. Setelah ia menemui jalan buntu dan semua pilihan lain telah tertutup, keputusan
terakhir Nie Yan adalah untuk menyeret mati Cao Xu bersama dirinya. Suara
letupan dari senapannya pun menggelegar, melepaskan semua dendam dan kebencian yang ia simpan selama ini.
Sejauh ini jalan hidup Cao Xu
terlihat begitu mulus dan lancar, oleh karena itu tak pernah sekalipun
terlintas dipikirannya bahwa hidupnya akan berakhir seperti ini. Nie Yan pun juga sudah
yakin dirinya akan benar-benar mati. Ia tak pernah menyangka bahwa waktu akan
bermain-main dengannya dan membawanya kembali ke liburan musim panas di tahun
keduanya SMA.
Dan walaupun saat
ini Nie Yan masih tetap tidak bisa menghubungi kedua orang tuanya, setidaknya di kehidupan yang ini ia
tahu bahwa mereka masih hidup. Tangis pun membasahi matanya ketika ia
memikirkan semua hal ini. Ketika seorang anak laki-laki ingin membalas
jasa-jasanya kepada sang orang tua, namun mereka telah tiada... sungguh tak
ada seorang pun yang dapat mengerti rasa sakitnya.
Kini tuhan telah
memberikannya kesempatan kedua. I tidak akan pernah kebingungan dan ragu-ragu
lagi dalam bertindak.
Saat ini kurang
lebih masih tersisa sekitar dua puluh hari lagi sebelum ayah dan ibu Nie Yan pulang ke
rumah. Dan karena saat ini sedang liburan musim panas, ia tidak punya pilihan lain lagi selain berdiam diri di rumah.
Tahun itu... saat
aku kelas dua semester dua SMA, kalau tidak salah game virtual
reality Conviction masih baru-baru saja
diluncurkan. Nie Yan dapat dengan jelas mengingat ketika banyak sekali
perusahaan mulai berbondong-bondong menujukkan eksistensi mereka di Conviction
yang sedang berkembang pesat. Mereka menginvestasikan sumber daya
sebanyak-banyaknya untuk perkembangan Conviction. Tepatnya juga karena investasi
besar-besaran dari perusahaan-perusahaan inilah yang membuat Conviction pantas
untuk disebut sebagai dunia kedua bagi umat manusia.
Setelah ia memasuki
SMA elit di kota besar, barulah ia diperkenalkan game Conviction oleh sahabat
baiknya. Namun sayang ketika itu, ia sudah terlambat satu semester untuk
memulai gamenya. Saat itu orang-orang sudah berada di level yang sangat tinggi,
ia telah melewatkan waktu-waktu emas untuk leveling. Meskipun begitu ia tidak
punya pilihan lagi selain untuk mencoba dan mengejar ketertinggalannya dengan
sekuat tenaga.
Lembaran-lembaran dari
ingatan Nie Yan kembali menjadi segar, menyingkap kisah masa lalunya.
Banyak momen tak terlupakan dalam hidup Nie Yan yang datang dari masa ketika ia
bermain game Conviction. Ia mengenal begitu banyak teman di game ini. Bahkan
ketika ia sedang terpuruk di dunia nyata, keberadaan merekalah yang membuat hari-harinya
tak terlalu terasa sengsara.
Sebelum menghabisi
Cao Xu, Nie Yan adalah seorang pemain dengan kelas ‘Great Thief’ berlevel 180 lebih.
Walaupun Ia bukanlah pemain terbaik di game ini, ia masih bisa disebut sebagai salah
satu pemain hebat Conviction.
Nie Yan tiba-tiba
mengingat bahwa di lacinya ada sebuah kartu rekening bank yang menyimpan semua
tabungannya.
Aku punya cukup uang
untuk membeli sebuah helm virtual reality! batin Nie Yan di dalam hatinya. Ia menggeledah
lacinya, berusaha keras untuk menemukan kartu rekeningnya. Beberapa saat
kemudian, ia menemukan sebuah kartu rekening berwarna silver terselip di pojok
laci. Kalau ia tidak salah, di dalam rekening ini terdapat tabungan senilai dua ribu dollar. Uang sebanyak itu ia dapatkan dari hasil menyisihkan
sebagian uang makan dan pakaiannya selama bertahun-tahun. Pada waktu itu, ia
ingin sekali membeli komputer model X3 yang terbaru. Namun sayang, setelah
uangnya berhasil terkumpul bertahun-tahun kemudian, komputer dengan model X3
tak lagi merupakan model terbaru melainkan sudah menjadi barang yang kuno. Namun begitu, setelah Ayah Nie Yan sukses menjadi
konglomerat, keinginan Nie Yan pun berhasil terkabul, jangankan komputer model terbaru,
apapun itu asal dapat dibeli dengan uang pasti akan ayahnya belikan.
Tahun ini, Nie Yan
baru berusia delapan belas tahun, namun ia sudah memiliki ingatan dari dirinya
yang berusia dua puluh delapan tahun. Mulai saat ini, semuanya akan dimulai
lagi dari awal, lembaran baru dari hidupnya akan terbuka. Meskipun begitu, jika
Ia tidak memiliki modal yang cukup, ia tetap tidak akan bisa merubah apapun.
Maka dari itu, langkah pertama di kehidupan barunya akan dimulai dari game Conviction.
Dengan memanfaatkan pengalamannya yang sebelumnya, menjadi gamer profesional
dan mendapatkan sejumlah uang adalah perkara yang sangat mudah bagi Nie Yan.
Nie Yan ingat saat
helm virtual reality Conviction masih baru-barunya diluncurkan, mereka menjual
helm itu dengan harga yang sangat murah sebagai strategi untuk
mempopulerkannya. Terdapat 3 macam helm Conviction, helm model A, B, dan model
C. Masing-masing model memiliki pengaturan yang berbeda-beda. Tingkat immersi₁ dari helm virtual reality pun juga beragam, mulai dari 76% hingga 98%. Untuk
model helm yang paling murah, mereka hanya dibandrol dengan harga seribu tiga
ratus dollar. Dengan total tabungan Nie Yan saat ini, sudah lebih dari cukup
baginya untuk membeli model helm virtual reality berkualitas terendah.
Ia masih dapat
dengan jelas mengingat beragam item dan detail-detail yang ada di dalam game. Jika ia
memulai bermain lagi dari awal, pasti tidak akan sulit baginya untuk memperoleh
hasil yang memuaskan.
Nie Yan meletakkan
kartu rekening miliknya kedalam sakunya, lalu ia melirik ke arah sebuah buku tulis
matematika yang ada di sampingnya. Seakan-akan tuhan sedang membantunya, buku
itu tidak sengaja bergeser sedikit dan menjatuhkan uang seratus dolar yang
sebelumnya terselip. Tepat pada saat itu, beberapa ingatan lama pun mulai
bermunculan. Ia seketika mengingat bahwa pertemuan pertamanya dengan Xie Yao
akan terjadi hari ini. Peristiwa itu dulu terjadi saat ia sedang pergi ke
apotek untuk membeli obat, sambil membawa uang seratus dolarnya yang ia selipkan di buku
matematikanya tadi.
Xie Yao merupakan
teman sebangku Nie Yan saat kelas tiga SMA, serta juga merupakan gadis tercantik yang ada dikelas. Ketika menyinggung masalah Xie Yao, kenangan masa lalu
Nie Yan pun mulai muncul kembali, kenangan yang selalu membuat tangan Nie Yan bergetar tiap kali mengingatnya. Setelah hampir sepuluh tahun berlalu, Xie Yao dan
murid yang dikenal sebagai murid paling berbakat di kelas, Liu Rui, pun jatuh
cinta. Setelah itu mereka berdua bersama-sama pindah dan mulai bertempat tinggal
di bulan.
Di suatu waktu ketika Nie Yan sudah dewasa, Nie Yan dan Xie Yao juga sempat
berkomunikasi satu sama lain dan berbincang via telepon. Melalui telepon itulah
akhirnya Nie Yan mengetahui bahwa Xie Yao sama sekali tak merasa bahagia saat
bersama Liu Rui. Ironisnya, ketika Nie Yan dan Xie Yao sempat membahas mengenai
hubungan mereka saat di SMA, yang bisa mereka lakukan hanyalah tak
henti-hentinya menghela nafas panjang.
Jika saja Nie Yan
sedikit lebih berani... Jika saja dia tidak begitu minder dan penakut di
hadapan Xie Yao. Mungkin... mungkin ia akan memiliki kesempatan.
Terkadang... ada
beberapa keputusan yang harus diambil dan akan tetap berlaku seumur hidup.
Keputusan-keputusan seperti itulah yang akan mungkin menjadi penyesalan
mendalam, penyesalan yang tak terobati.
Pada masa itu, Xie
Yao selalu suka mengenakan rok putihnya, menjadikan penampilannya terlihat suci
dan memesona. Bahkan sampai saat ini, penampilan memesona Xie Yao masih tetap terukir
indah di lubuk hati Nie Yan yang terdalam. Kecintaannya pada sosok Xie Yao seolah-olah alunan seruling yang tertiup terbawa angin senja. Damai dan menenangkan hati.
Nie Yan menoleh ke
arah jam antik kakeknya, tepatnya ke arah jarum jamnya, saat ini kurang lebih
jam tiga. Masih ada cukup waktu! Ia langsung mengambil uang seratus dolar dan
segera berlari menuruni tangga, lalu keluar meninggalkan rumahnya.
Keluarga Nie Yan
tinggal di sebuah daerah pinggiran, di kota kecil. Disini begitu senyap. Tampak sebuah
jalan tak terlalu lebar dengan kondisinya yang menyedihkan. Saat angin bertiup,
debu-debu pun berterbangan kesana-kemari. Namun tidak seperti dugaan orang-orang,
disini banyak pohon yang tertanam dipinggir-pinggir jalan. Daun-daunnya yang
lebat dan subur memberikan keteduhan bagi tanah dibawahnya.
Disambut dengan panasnya siang hari, tak terlihat satu pun pejalan kaki di jalan ini. Mobil
juga hanya sedikit dan berjarak sangat jauh antara satu sama lain. Terkadang
terlihat satu atau dua mobil terbang₂ yang melintas.
Di masa lalu, Nie
Yan sangat membenci kota ini. Namun setelah reinkarnasinya, ketika bertemu
dengan kota ini, ia tidak merasakan sedikit pun kebencian maupun ketidaksukaan.
Sebaliknya, ia malah merasakan rasa familiar yang menyenangkan dari kota ini.
Kota Ini adalah tempat tinggalnya saat ia masih berusia delapan belas tahun.
Sebelum Nie Yan
mencapai usia dua puluh lima tahun, Nie Yan adalah orang yang lemah dan pemalu.
Sifatnya itu ia dapat tak lepas dari pengaruh kondisi lingkungannya saat ia
masih kecil. Pada dasarnya Nie Yan hanyalah seorang bocah dari kota kecil yang
keluarganya mendadak menjadi kaya, akibat kekayannya itu, akhirnya ia dapat
dipindahkan ke sekolah elit di kota.
Pada awalnya, selama kelas 1 dan 2 SMA,
nilainya tergolong sangat bagus, namun pada akhirnya ketika ia kelas 3,
nilainya turun secara drastis. Sebelum orang tuanya mendapatkan penghasilan
melimpah, Ia kerap dibully temannya karena kondisi buruk keuangan keluarganya. Semua hal tadi ditambah lagi dengan kejadian pada liburan musim panas telah mengacaukan
kepercayaan diri dan kondisi mentalnya. Lalu tiba saat ia pindah sekolah, ia
sudah terlanjur terlalu minder dan pemalu untuk bergaul dan akrab dengan teman-temannya.
Dengan kondisinya yang seperti itu, hampir tidak mungkin bagi mental Nie Yan
untuk tidak mengalami 'down'.
Tetapi, itu semua
hanyalah masa lalu. Saat ini, walaupun ia tak pernah menyangka akan kembali ke
masa lalu, namun Nie Yan berjanji bahwa di kesempatannya yang kedua ia tak akan
mengulangi kesalahan yang sama seperti dirinya yang dulu.
Ia berlari sekuat tenaga menuju
apotek.
Bangunan-bangunan
yang ia lewati disekitarnya terlihat tidak terawat. Seakan-akan tidak ada tanda
tanda kehidupan di dalamnya... semua ini disebabkan karena seiring dengan
meningkatnya arus urbanisasi, orang-orang dari kota kecil seperti kota ini akan
berbondong-bondong berpindah ke kota yang lebih besar dan lebih padat
penduduknya. Daerah seperti perbatasan kota kecil ini akan terus menerus
menjadi sepi dan pada akhirnya setelah seratus tahun lagi, daeah ini akan
lenyap dan kembali menjadi lahan terbuka lagi.
Di sebelah sana
adalah sekolahan, dan di sebelah sini adalah supermarket.... Nie Yan
melihat-lihat bangunan sekitarnya dengan familiar. Perlahan pikirannya menjadi lebih optimis dan percaya diri. Aku telah kembali! Aku benar-benar telah kembali!
Di masa lalu, ia selalu marah dan benci terhadap ketidakadilan takdir. Namun sekarang, ia sangat berterima kasih padanya.
Di masa lalu, ia selalu marah dan benci terhadap ketidakadilan takdir. Namun sekarang, ia sangat berterima kasih padanya.
Aku akan memulai semuanya kembali dari awal! Kali ini
aku akan melakukannya dengan benar! Nie Yan ingin sekali untuk meneriakkan kata-kata
itu sekuat tenaga, untuk mengeluarkan semua
emosi dan perasaannya yang selama ini tersimpan erat di dalam hati.
- Tingkat immersi disini merujuk pada tingkatan yang menujukkan seberapa 'tenggelam' pikiran mereka ke dalam game. Semakin tinggi maka akan semakin sinkron pikiran mereka dengan karakter yang ada di dalam game.
- Mobil terbang memang ada di novel ini karena settingnya yang modern, menurut penerjemah bahasa inggris, bentuknya seperti ini.
- Grup disebut juga dengan konglomerasi atau perusahaan kelompok, singkatnya grup merupakan gabungan beberapa perusahaan yang bekerja dalam berbagai macam bidang usaha. Dalam kasus ini grup finansial bernama Century milik Cao Xu berkutat dalam bidang usaha yang berhubungan dengan finansial; bank, kredit, asuransi, investasi, dll.
Salam kenal, Hisyam. Makasih udah mampir di blog saya. Menarik ceritanya. Campuran cersil modern sama rpg gitu ya. Saya jadi inget Ready Player One.
ReplyDeleteWah baru sadar ada yang komen disini, maaf gan telat balasnya. Oh iya pernah denger itu ready player one, genrenya emang mirip sih. Sebenernya kalo novel ini, di chapter2 selanjutnya nanti bagus ceritanya, tapi agak males buat nerusin jadii ya cuma segini. Makasih anyway udah baca ^^
Delete